Ayo Belajar Sosiologi

Sejarah Perkembangan Sosiologi di Dunia.

Penumbuhan Rasa Nasionalisme

Upacara Bendera Rutinitas Senin Pagi pada Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2019/2020.

Peningkatan Kompetensi Guru

Menjelang Pembukaan IHT SMA Negeri 1 Tempunak Tahun Pelajaran 2019/2020.

Terampil Ber-Sosiologi

Buku Panduan Penilaian Keterampilan Sosiologi bagi Guru Guru Sosiologi SMA sesuai Kurikulum 2013 Revisi

Sabtu, 15 Agustus 2020

Pengertian dan Ciri-ciri Sosiologi

 Berikut Materi dengan SWAY kelas X pertemuan 1

RPP PJJ Kelas XI Ganjil 2020/2021

Berikut adalah RPP PJJ Kelas XI Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2020/2021 sesuai Permendikbud Nomor 14 tahun 2019.

RPP PJJ Kelas X Ganjil 2020/2021

Berikut RPP PJJ Kelas X Ganjil Tahun Pelajaran 2020/2021, sesuai edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2019

Selasa, 11 Agustus 2020

Video Pembelajaran : FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN SOSIAL

Berikut adalah Video Pembelajaran tentang Faktor - faktor penyebab terjadinya perubahan sosial di masyarakat

Sabtu, 27 Juni 2020

SAGUSABLOG LANJUTAN KELAS 43-B


Workshop Online Pembuatan Media Pembelajaran berbasis Blog dalam SAGUSABLOG (Satu Guru Satu Blog) kembali dilaksanakan (01-07 Juli 2020). Dimana kegiatan ini adalah kegiatan lanjutan dari kelas dasar yang dilaksanakan pada tanggal 14-20 Juni 2020 yang lalu. Kegiatan ini salah satu kegiatan yang diprakarsai oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) dan di sponsori @mrmung sebagai invator dan narasumber. Kegiatan ini bertujuan menjadikan guru menjadi manusia yang mampu menciptakan kondisi "belajar menyenangkan" ditengah-tengah peserta didiknya.

Kamis, 11 Juni 2020

SAGUSABLOG DASAR KELAS 42-AJ




Workshop Online Pembuatan Media Pembelajaran berbasis Blog dalam SAGUSABLOG (Satu Guru Satu Blog) kembali dilaksanakan (14-20 Juni 2020). Dimana kegiatan ini adalah salah satu kegiatan yang diprakarsai oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) dan di sponsori @mrmung sebagai invator dan narasumber. Kegiatan ini bertujuan menjadikan guru menjadi manusia yang mampu menciptakan kondisi "belajar menyenangkan" ditengah-tengah peserta didiknya.

SAGUSABLOG ini diselenggarakan secara GRATIS dengan menggunakan media aplikasi telegram membuka tirai yang menyelimuti ruang diklat atau workshop bagi para guru di seluruh pelosok tanah air Indonesia untuk ikut meningkatkan kompetensi profesi dalam melakukan inovasi pembelajaran berbasis IT.

Begitu tingginya antusias para Guru yang haus akan Ilmu Pengetahuan di Negeri ini, sehingga sampai hari ini, peserta yang mendaftar sudah melebihi 1000 guru yang datang dari seluruh penjuru tanah air. 

Luar Biasa.... Sukses (IGI), Sukses SAGUSABLOG, Sukses @mrmung ....
Semoga Apa yang kita lakukan menjadi Amal Ibadah....

ditulis : M. Marhag Arsyad
Sintang, 11/06/2020 - 22.05


Kamis, 04 Juni 2020

DAPATKAN BUKU TERAMPIL BER-SOSIOLOGI



Anda Guru Sosiologi Jenjang SMA ?
Anda Perlu Panduan Pembelajaran Keterampilan ?


Dengan Meng-Klik Hubungi Saya

SEGERA....
Dapatkan Buku Panduan Penilaian 
Sesuai Kompetensi Dasar Keterampilan Kurikulum 2013 Revisi



SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER SOSIOLOGI

Berikut Soal Penilaian Akhir Semester Mapel Sosilogi :

Rabu, 03 Juni 2020

Berbagi Cerita dalam SAGUSABLOG



BERBAGI CERITA DALAM SAGUSABLOG LANJUTAN

Fokus Ikatan Guru Indonesia (IGI) bukan menjadikan guru-guru Indonesia memiliki kemampuan profesionalisme tinggi, tetapi bagaimana melakukan revolusi metodologi penyajian materi dalam pembelajaran sehingga konsep “belajar menyenangkan” tak lagi hanya sekedar menjadi jargon atau teori semata akan tetapi teraplikasi dalam pembelajaran dan siswa menjadi selalu ingin belajar.

SAGUSABLOG (Satu Guru Satu Blog) adalah salah satu kegiatan yang diprakarsai oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) untuk menjadikan guru menjadi manusia yang mampu menciptakan kondisi "belajar menyenangkan" tersebut ditengah-tengah peserta didiknya.

SAGUSABLOG ini diselenggarakan secara GRATIS oleh @mrmung sebagai invator dan narasumber dengan menggunakan media aplikasi telegram membuka tirai yang menyelimuti ruang diklat atau workshop bagi para guru di seluruh pelosok tanah air Indonesia untuk ikut meningkatkan kompetensi profesi dalam melakukan inovasi pembelajaran berbasis IT.

Setelah mengikuti pelatihan workshop online SAGUSABLOG lanjutan angkatan 41, kelas 40.J, banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan. Kami dipandu untuk membuat blog, medesign blog sehingga tampak menarik, sampai kepada bagaimana memperoleh informasi-informasi yang harus kami posting di dalam blog buatan kami tersebut. Dalam pelatihan SAGUSABLOG hampir semua peserta adalah anggota Ikatan Guru Indonesia (IGI) yang di bagi dalam beberapa kelas dan didampingi oleh 2-3 coach disetiap kelas.

Pengalaman dalam mengikuti pelatihan SAGUSABLOG lanjutan angkatan 41 yang diselenggarakan secara online ini adalah pengalam baru buat saya, dimana saya banyak berkomunikasi baik dengan bapak dan ibu guru hebat yang datang dari seluruh pelosok nusantara, maupun dengan para coach yang super hebat, yang juga berasal dari seluruh penjuru tanah air.

Adapun manfaat yang saya rasakan adalah, saya lebih mudah dalam menginformasikan segala sesuatunya, terutama berkaitan dengan materi pelajaran kepada peserta didik saya.

Terima kasih saya, saya sampaikan kepada para coach, kepada IGISAGUSABLOGMr. MUNG, dan semua pihak yang tentunya sangat membantu saya dalam memperoleh ilmu baru dibidang IT.

Bagi rekan-rekan yang ingin mendaftar diri menjadi anggota IGI, silahkan simak video berikut :




Apabila rekan-rekan telah bergabung menjadi anggota IGI, salah satu kegiatannya adalah mengikuti kegiatan SAGUSABLOG sebagaimana yang telah saya sampaikan diatas.

Berikut adalah salah satu contoh video Materi yang dipelajari dalam kegiatan SAGUSABLOG tersebut :


Demikian rekan-rekan Guru diseluruh Indonesia, semoga artikel ini memberikan manfaat bagi kita semua, aamiin...

Selasa, 02 Juni 2020

Materi Sosiologi Kelas XII Semester Ganjil

PERUBAHAN SOSIAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT

A. Pengertian Perubahan Sosial dan Budaya

1. Perubahan Sosial
Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/ tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan suatu perbanding­an dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat,pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-peru­bahan. Tetapi perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu masyarakat yang meng­alami perubahan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan-perubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu perubahan. Juga terdapat adanya perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun terbatas. Di samping itu ada juga perubahan-perubahan yang prosesnya lambat, dan perubahan yang berlangsung dengan cepat.

Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat pada umumnya menyangkut hal yang kompleks. Oleh karena itu Alvin L. Bertrand menyatakan bahwa perubahan sosial pada dasarnya tidak dapat diterangkan oleh dan berpegang teguh pada faktor yang tunggal. Menurut Robin Williams, bahwa pendapat dari faham diterminisme monofaktor kini sudah ketinggalan zaman, dan ilmu sosiologi modern tidak akan menggunakai interpretasi-interpretasi sepihak yang mengatakan bahwa perubahan itu hanya disebabkap oleh satu faktor saja. Jadi jelaslah, bahwa perubahan yang terjadi pada masyarakat tersebut disebabkah oleh banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi. Karenanya perubahan yang terjadi di dalam masyarakat itu dikatakan berkaitan dengan hal yang kompleks. Tentang perubahan sosial ini, beberapa sosiolog memberikan beberapa definisi perubahan sosial yang dapat membantu kita untuk lebih mudah memahami apa sebenarnya perubahan sosial tersebut, adalah sebagai berikut :
Selo Soemardjan, konsep perubahan sosial dimaksudkan untuk mencakup bermacam perubahan di dalam lembaga-lembaga masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya termasuk nilai-nilai, sikap dan pola tingkah laku antar kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial dan perubahan budaya memiliki segi persamaan yaitu menyangkut suatu adaptasi atau perbaikan dalam cara masyarakat memiliki/ memenuhi kebutuhannya.
Kingsley Davis, mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya ; timbulnya pengorganisasian buruh dengan majikan menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.
William F.Ogburn mengemukakan bahwa “ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial”.
MacIver mengatakan “perubahan-perubahan sosial merupakan sebagai perubahanperubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial”.
JL.Gillin dan JP.Gillin mengatakan “perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, idiologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat”.
Samuel Koenig mengatakan bahwa “perubahan sosial menunjukkan pada modifikasimodifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia”.f. Definisi lain adalah dari Selo Soemardjan. Rumusannya adalah “segala perubahanperubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian perubahan sosial adalah perubahan perubahan yang terjadi pada masyarakat yang mencakup perubahan dalam aspek-aspek struktur dari suatu masyarakat, ataupun karena terjadinya perubahan dari faktor lingkung an, karena berubahnya komposisi penduduk, keadaan geografis, serta berubahnya sistem hubungan sosial, maupun perubahan pada lembaga kemasyarakatannya.

2. Perubahan Kebudayaan
Coba kamu perhatikan gambar di bawah ini. Bandingkan antara dua gambar di baris atas dengan dua gambar di baris bawah.

Pernahkah kamu melihat perbedaan kondisi masyarakat tempat tinggalmu ? Apakah ada perbedaan antara keadaan sekarang dan keadaan beberapa tahun yang lalu saat kamu kecil ? Setelah kamu mengamati keempat gambar di atas, perbedaan kondisi apa yang dapat kamu lihat? Ya, gambar di atas menunjukkan keadaan bangsa Indonesia sebelum merdeka, merdeka, sampai menjadi negara berkembang. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat merupakan sebuah proses panjang. Proses perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat tidak lepas oleh adanya pengaruh modernisasi.

Bukankah kamu sudah mempelajari apa yang dimaksud dengan modernisasi dan apa saja contohnya? Ternyata, modernisasi dan perubahan sosial budaya adalah dua hal yang saling berkaitan. Modernisasi dapat memengaruhi terjadinya perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Namun, modernisasi dapat pula terjadi sebagai dampak dari perubahan sosial budaya. Lalu, apakah yang dimaksud dengan perubahan sosial budaya?

Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. (Selo Soemardjan dalam Soerjono Soekanto (2002))

Batasan ruang lingkup perubahan sosial, mencakup unsur-unsur kebudayaan, baik yang bersifat materiil maupun yang tidak bersifat materiil (imateriil) dengan menekankan pengaruh yang besar dari unsur-unsur kebudayaan yang materiil terhadap unsur imateriil. (William Ogburn dalam Elly M. Setiadi (2011))

Dari pengertian tersebut, diketahui bahwa perubahan sosial merupakan perubahan pada sistem sosial, struktur, dan fungsi masyarakat. Perubahan budaya adalah perubahan yang terjadi pada unsur budaya manusia, baik berupa artefak, benda, ataupun ide gagasan. Perubahan sosial dan perubahan budaya merupakan hal yang berbeda, tetapi keduanya mempunyai keterkaitan.

Perubahan budaya dapat menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Perubahan budaya yang terjadi banyak dipengaruhi oleh modernisasi yang kemudian dapat menimbulkan gejala perubahan sosial.

Contoh:
Perubahan di bidang elektronik sebagai salah satu gejala modernisasi membawa pengaruh besar dalam pengiriman uang. Dahulu pengiriman uang dilakukan melalui wesel, sekarang orang bisa mengirimkan uang melalui ATM, internet banking, atau sms banking. Proses pengiriman uang tersebut dapat dilakukan dengan cepat dan mudah sehingga terjadi efisiensi waktu.

Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi terutama internet, terjadi perubahan budaya dalam masyarakat. Beragam aspek kehidupan dipermudah dengan adanya internet. Perubahan sosial pun terjadi misalnya dalam bentuk perubahan interaksi perdagangan. Bila sebelumnya transaksi jual beli terjadi di pasar di mana penjual dan pembeli saling bertemu, kini banyak pembeli yang memilih melakukan belanja online melalui internet. Interaksi antara penjual dan pembeli pun makin minim.

Secara umum perubahan kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu peristiwa pergeseran atau perkembangan unsur-unsur kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat akibat benturan antar unsur yang berbeda sehingga sampai pada keadaan yang tidak serasi dengan fungsinya bagi kehidupan.

Perubahan kebudayaan ini mencakup semua aspek mulai dari kesenian, ilmu pengetahuan, filsafat, teknologi bahkan perubahan ini juga terjadi pada aturan-aturan yang sudah berlaku. Dimana perubahan kebudayan ini akan terus menerus berlangsung sesuai dengan dinamika yang terjadi pada masyarakat.

Terjadinya perubahan kebudayaan ini ditandai dengan budaya lama masyarakat yang dianggap tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman sehingga dibentuk kesatuan buadaya baru yang dianggap lebih sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.

Pada dasarnya, perubahan yanng terjadi pada salah satu unsur kebudayaan akan memberikan dampak terhadap unsur kebudayaan lainnya. Perubahan pada pola fikir akan membawa pengaruh kepada aktivitas atau kegiatan sekaligus berpengaruh juga terhadap artefak yang dihasilkan.

Begitu juga sebaliknya, artefak-artefak baru ini akan memberikan pengaruh juga terhadap cara atau pola fikir dan seterusnya.

Perubahan (dinamika) kebudayaan adalah perubahan yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda, sehingga terjadi keadaan yang tidak serasi bagi kehidupan. Definisi perubahan (dinamika) kebudayan menurut para ahli, antara lain sebagai berikut :

1. John Lewis Gillin dan John Philip Gillin
Perubahan kebudayaan adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi geografis kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi dan penemuan baru dalam masyarakat tersebut.

2. Samuel Koenig
Perubahan kebudayaan menunjuk pada modifikasimodifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab internal maupun eksternal.

3. Selo Soemardjan
Perubahan kebudayaan adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyaraatan yang mempengaruhi system sosial,termasuk nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diaantara kelompok-kelompok masyarakat.


B. Perbedaan Perubahan Sosial dan Budaya

Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. (Selo Soemardjan dalam Soerjono Soekanto (2002). Batasan ruang lingkup perubahan sosial, mencakup unsur-unsur kebudayaan, baik yang bersifat materiil maupun yang tidak bersifat materiil (imateriil) dengan menekankan pengaruh yang besar dari unsur-unsur kebudayaan yang materiil terhadap unsur imateriil. (William Ogburn dalam Elly M. Setiadi (2011). Dari pengertian tersebut, diketahui bahwa perubahan sosial merupakan perubahan pada sistem sosial, struktur, dan fungsi masyarakat. Perubahan budaya adalah perubahan yang terjadi pada unsur budaya manusia, baik berupa artefak, benda, ataupun ide gagasan. Perubahan sosial dan perubahan budaya merupakan hal yang berbeda, tetapi keduanya mempunyai keterkaitan. Perubahan budaya dapat menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Perubahan budaya yang terjadi banyak dipengaruhi oleh modernisasi yang kemudian dapat menimbulkan gejala perubahan sosial.

Contoh:
Perubahan di bidang elektronik sebagai salah satu gejala modernisasi membawa pengaruh besar dalam pengiriman uang. Dahulu pengiriman uang dilakukan melalui wesel, sekarang orang bisa mengirimkan uang melalui ATM, internet banking, atau sms banking. Proses pengiriman uang tersebut dapat dilakukan dengan cepat dan mudah sehingga terjadi efisiensi waktu.
Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi terutama internet, terjadi perubahan budaya dalam masyarakat. Beragam aspek kehidupan dipermudah dengan adanya internet. Perubahan sosial pun terjadi misalnya dalam bentuk perubahan interaksi perdagangan. Bila sebelumnya transaksi jual beli terjadi di pasar di mana penjual dan pembeli saling bertemu, kini banyak pembeli yang memilih melakukan belanja online melalui internet. Interaksi antara penjual dan pembeli pun makin minim.

Apa Perbedaan Antara Perubahan Sosial dan Perubahan Budaya?

Perubahan Sosial: dipahami sebagai perubahan yang terjadi di masyarakat dalam kaitannya dengan hubungan manusia dan institusi sosial.
Perubahan Budaya: Perubahan budaya mengacu pada perubahan yang terjadi baik dalam unsur budaya material maupun nonmaterial.

Karakteristik perubahan sosial dan perubahan budaya :

Dasar
Perubahan Sosial: Dasarnya dapat dilihat di institusi sosial.
Perubahan Budaya: Dasarnya dapat dilihat dalam ideologi, teknologi, dan cara hidup.

Perubahan:
Perubahan Sosial: Hal ini dapat menyebabkan perubahan dalam hubungan.
Perubahan Budaya: Hal ini dapat menyebabkan perubahan unsur budaya.

RPP Sosiologi Kelas XII Semester Ganjil

Berikut RPP Sosiologi Kelas XII Semester Ganjil kurikulum 2013 revisi

Silabus Sosiologi Kelas XII Semester Ganjil

Berikut Silabus Sosiologi Kelas XII Semester Ganjil kurikulum 2013 revisi

Materi Sosiologi Kelas XI Semester Ganjil

PERUBAHAN SOSIAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT

A. Pengertian Kelompok Sosial.

Secara sosiologis pengertian kelompok sosial adalah suatu kumpulan orang-orang yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama lain dan dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama.

Kelompok Sosial atau Social Group adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal-balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong.

Pengertian kelompok sosial adalah interaksi antar sekelompok individu yang didasarkan pada kepentingan bersama. Munculnya hubungan tersebut disebabkan oleh beberapa hal termasuk kesamaan ide, pandangan, dan juga kesukaan. Ciri ciri kelompok sosial adalah terdapat individu serta reaksi timbal balik. Kelompok ini juga memiliki fungsi yang beragam, bergantung pada jenisnya. Dalam kehidupan bermasyarakat, ada yang sengaja menciptakan perkumpulan untuk mempererat hubungan antara sesama warga.

Pengertian Kelompok Sosial menurut ahli :
  1. Soerjono Soekanto, kelompok sosial merupakan satu kesatuan atau himpunan manusia yang saling berhubungan diantara mereka dengan adanay timbal balik dan saling memengaruhi.
  2. Mac Iver Dan Charles H.Page, elompok sosial sebagai satu kesatuan atau himpunan manusia yang hidup bersama karena adanya interaksi antara mereka.
  3. Robert K.Merton, kelompok sosial merupakan sejumlah orang yang saling berinteraksi yang sesuai dengan pola yang telah mapan.
  4. Johnson, kelompok sosial merupakan dua orang atau lebih yang saling berinterkasi dengan cara yang terpola sebagai sebuah kelompok oleh mereka sendiri dan orang lain.
  5. George Homans, kelompok sosial merupakan suatu kumpulan individu yang melakukan kegiatan, interaksi dan memiliki perasaan untuk membentuk suatu keseluruhan yang terorganisasi dan berhubugan dengan timbal balik.
  6. Joseph S.Roucek, kelompok sosial merupakan suatu kelompok yang meliputi dua manusia atau lebih yang diantara mereka terdapat pola interaksi yang dapat dipahami oleh orang lain atau anggotanya dengan keseluruhan.


B. Pengertian Dinamika Kelompok Sosial.

1. Soerjono Soekanto
Teori sosiologi dan tokohnya ini memberikan pengertian bahwa dinamika kelompok sosial adalah perubahan sosial dalam masyarakat yang mengalami permasalahan. Permasalahan bisa dilakukan perorangan atau kelompok, akan tetapi yang pastinya dengan adanya dinamika sosial keteraturan sosial dalam masyarakat tdak berjalan dengan semestinya.

2. Shertzer dan Stone
Pengarang salah satu Buku terkenal dalam sosiologi ini memberikan arti bahwa dinamika kelompok sosial adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atas landasan mencapai tujuan tanpa memahami subtansi kebutuhan yang akan dimilikinya. Akibatnya keadaan ini memaksanya untuk menghalalkan cara apapun.

Dari pengertian dinamika kelompok sosial menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dinamika sosial ialah permasahan atau problema kehidupan yang dialami oleh individu yang ingin melakukan bentuk mobilisasi sosial dengan cepat sehingga mengubah keteraturan sosial yang ada.


C. Proses Terbentuknya Kelompok Sosial.

Sebagai makhluk sosial, kehidupan kita sehari-hari dipenuhi oleh berbagai interaksi dengan kelompok sosial yang kita miliki, Squad. Mulai dari keluarga, teman-teman terdekat, hingga keanggotaan di suatu perkumpulan resmi di masyarakat, semua itu adalah macam-macam kelompok sosial yang terbentuk secara sengaja maupun tidak sengaja.

Bergabungnya individu dalam suatu kelompok sosial merupakan keinginan dari dalam diri individu tersebut atau bahkan bisa terjadi secara kebetulan. Contohnya saja, ketika seseorang terlahir dalam keluarga dengan latar belakang tertenu yang tidak bisa dipilih. Namun, ada juga keanggotaan yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang umumnya membuat kita memilih atau membentuk kelompok sosial tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.
  1. Kedekatan, kedekatan geografis berpengaruh besar terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok. Semakin dekat jarak geografis antara dua atau lebih orang, semakin mungkin mereka untuk saling berbicara dan berinteraksi. Jadi, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Kedekatan tersebut bisa kita lihat ketika ada seseorang yang merantau ke suatu daerah dan bertemu dengan orang yang statusnya sama sebagai perantau dan berasa dari daerah yang sama. Secara tidak sadar, orang tersebut merasa ada ikatan batin meskipun pada awalnya belum saling mengenal ketika masih di daerah asal.
  2. Kesamaan, selain kedekatan fisik dan geografis, pembentukan kelompok sosial juga tergantung pada kesamaan di antara anggota-anggotanya. Pada umumnya, orang memang lebih nyaman berinteraksi dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan di sini meliputi kesamaan latar belakang, minat, kepercayaan, nilai, usia, atau karakter-karakter personal lain.

RPP Sosiologi kelas XI Semester Ganjil

Berikut RPP Sosiologi kelas XI Semester Ganjil kurikulum 2013 revisi

Silabus Sosiologi kelas XI Semester Ganjil

Berikut Silabus Sosiologi kelas XI Semester Ganjil kurikulum 2013 revisi

Materi Sosiologi Kelas X Semester Ganjil

Sejarah Sosiologi Dunia

SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI DUNIA DAN DI INDONESIA

A. Masa Sebelum Auguste Comte

1. Socrates (490 SM – 399 SM)
Socrates mengajarkan yang penting yaitu mengenai ditekankannya logika sebagai dasar bagi semua ilmu pengetahuan termasuk filsafat.

2. Plato (429 SM – 347 SM)
Plato menerangkan bahwa pada dasarnya, masyarakat adalah perluasan/refleksi dari individu. Menurutnya, individu memiliki 3 unsur, yaitu :
- Nafsu atau perasaan-perasaan
- Semangat atau kehendak
- Akal atau kecerdasan

Berdasarkan unsur-unsur tersebut Plato membedakan masyakat menjadi 3 kelas social, yaitu :
  1. Orang yang hidup hanya untuk memenuhi nafsu dan perasaan, seperti memelihara tubuh. Diantaranya adalah kelas pekerja tangan, seperti buruh dan budak
  2. Mengabdikan hidupnya karena semangat atau kehendak yang berfungsi melindungi tubuh manusia maupun masyarakat, misalnya golongan militer
  3. Kaum yang mengembangkan akal dan kecerdasan untuk membimbing tubuh manusia, memerintah, dan memimpin masyarakat. Mereka termasuk kelas penguasa
Dengan menganalilis lembaga-lembaga dalam masyarakat, Plato berhasil menunjukkan hubungan-hubungan fungsionalnya dan merumuskan suatu teori organis tentang masyarakat itu sendiri yang mencakup bidang sosial dan ekonomi.

3. Aristoteles (384 SM – 322 SM)

Melalui suatu analisis mendalam terhadap lembaga-lembaga politik dalam masyarakat terhadap sosial, ekonomi, dan biologis, Aristoteles berpendapat bahwa kelompok manusia yang dasar dan esensial adalah pengelompokan antara pria dan wanita untuk memperoleh keturunan, dan asosiasi antara penguasa yang dikuasai. Aristoteles juga memberikan tiga bentuk pemerintahan yang dilihat dari segi jumlah pemegang kepemimpinannya, yaitu :
  1. Pemerintahan oleh satu orang; jika ia memerintah dengan baik disebut monarki dan jika ia memerintah dengan buruk disebut tirani
  2. Pemerintahan oleh sejumlah kecil orang; jika memerintah dengan baik disebut aristokrasi dan jika buruk disebut oligarki
  3. Pemerintahan oleh banyak orang; baik atau pun buruk jalannya suatu pemerintahan tetap disebut demokrasi
4. Ibnu Khaldun (1322 – 1406)

Mengemukakan beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian sosial dan peristiwa sejarah. Menurutnya, faktor yang menyebabkan bersatunya manusia di dalam suku-suku klan, negara, dan sebagainya adalah rasa solidaritas. Faktor itulah yang menyebabkan adanya ikatan dan usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan bersama antara manusia.

5. Zaman Renaissance (1200 – 1600)

Thomas More menulis Utopia dan Campanella menulis City of the Sun berdasarkan pemikiran mereka yang terpengaruh oleh masyarakat-masyarakat ideal. Niccolo Machiavelli sebagai orang pertama yang memisahkan antara politik dan moral sehingga terjadi suatu pendekatan yang mekanis terhadap masyarakat. Di sini muncul ajaran bahwa teori-teori politik dan sosial memusatkan perhatian pada mekanisme pemerintahan. Sejak masa ini maka pengaruh kaum agamawan mulai memperoleh tantangan. Ia terkenal dengan karyanya yang berjudul Il Principe.

6. Thomas Hobbes (1588 – 1679)

Inti ajarannya diilhami oleh hukum alam, fisika dan matematika. Pada mulanya interaksi antar manusia berada dalam kondisi saling mencurigai dan saling bersaing untuk memperebutkan sumber daya alam dan manusia yang ada. Kondisi yang bersifat kodrati (sesuai dengan hukum alam) ini kemudian dipandang akan selalu menyengsarakan kehidupan manusia, dan manusia pada dasarnya lebih senang hidup berkelompok dalam keadaan tentram dan damai. Oleh sebab itu dibuatlah kesepakatan-kesepakatan pengaturan antar kelompok yang dapat saling berterima dan saling menguntungkan, yang kemudian dikenal sebagai kontrak sosial.

7. John Locke (1632 – 1704)

Menurut Locke, manusia pada dasarnya memiliki hak-hak asasi yang berupa hak untuk hidup, kebebasan, dan hak atas harta benda. Kontrak antara warga masyarakat dengan pihak yang berwenang sifatnya atas dasar faktor pamrih. Bila pihak yang mempunyai wewenang tadi gagal unruk memenuhi syarat-syarat kontrak sosial, warga atau masyarakat berhak untuk memilih pilihan lain.

8. J.J. Rosseau (1712 – 1778)

Dia berpandangan bahwa kontrak antara pemerintah (negara) dengan yang diperintah (rakyat) menyebabkan munculnya suatu kolektifitas yang mempunyai keinginan­-keinginan tersendiri yang kemudian menjadi keinginan umum. Keinginan umum inilah yang harusnya menjadi dasar penyusunan kontrak sosial antara negara dengan rakyatnya.

9. Saint Simon (1760 – 1825)

Di dalam bukunya yang berjudul Memoirs sur la Science de l’Home, dia menyatakan bahwa ilmu politik merupakan suatu ilmu positif yang hendaknya dianalisis dengan metode-metode yang lazim dipakai terhadap gejala-gejala lain. Ia memikirkan sejarah sebagai suatu fisika sosial, sehingga fisiologi sangat memengaruhi ajaran-ajarannya mengenai masyarakat. Masyarakat bukanlah semata-mata suatu kumpulan orang belaka yang tindakan-tindakannya tidak mempunyai sebab, kecuali kemauan masing-masing. Kumpulan tersebut hidup karena didorong oleh organ-organ tertentu yang menggerakkan manusia untuk melakukan fungsi-fungsi tersebut.


B. Masa Auguste Comte (1798 – 1853)

Auguste Comte melihat bahwasannya perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat saat itu tidak saja bersifat positif, namun juga memberikan adanya dampak negatif. Salah satu contohnya adalah terjadinya konflik antarkelas social dalam masyarakat dikarenakan hilangnya norma atau pegangan bagi masyarakat untuk bertindak (yang dalam bahasa sosiologi disebut dengan Anomie). Menurutnya, konflik tersebut terjadi karena masyarakat tidak mengetahui cara mengatasi perubahan akibat revolusi yang berlangsung dan hukum-hukum apa yang bisa dipakai untuk mengatur tatanan social masyarakat yang baru. Atas dasar fenomena tersebut, Comte menyaarankan agar penelitian mengenai masyarakat lebih ditingkatkan dan menjadi ilmu yang berdisi sendiri. Comte mengimaninasikan adanya suatu hukum yang dapat mengatur gejala-gejala social, yang disebut sosiologi, sehingga ia terkenal sebagai Bapak Sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy yang diterbitkan dalam tahun 1838.

Comte menyusun suatu sistematika dari filsafat sejarah dalam kerangka tahap-tahap pemikiran yang berbeda. Menurutnya, ada tiga tahap perkembangan intelektual, yaitu :
  1. Tahap Teologis/ Fiktif; manusia menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya secara teologis, yaitu dengan kekuatan-kekuatan yang dikendalikan oleh Tuhan Yang Maha Esa atau roh dewa-dewa. Penafsiran ini penting untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang memusuhinya dan untuk melindungi dirinya dar faktor-faktor yang tak terduga timbulnya
  2. Tahap Metafisik; manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala fisik terdapat kekuatan atau inti tertentu yang dapat diungkapkan. Manusia masih terikat oleh cita-cita tanpa verifikasi karena adanya kepercayaan terhadap realitas tertentun dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam
  3. Tahap Positif; manusia telah membatasi diri dalam penyelidikannya pada fakta-fakta yang disajikannya atas dasar observasi dan dengan menggunakan rasionya, untuk berusaha menetapkan relasi atau hubungan persamaan dan urutan yang terdapat antara fakta-fakta. Pada zaman terakhir inilah dihasilkan ilmu pengetahuan dalam arti yang sebenarnya.
Suatu ilmu pengetahuan dapat dikatakan bersifat positif apabila memusatkan perhatiannya pada gejala-gejala yang nyata dan konkret, tanpa ada halangan dari pertimbangan-pertimbangan lainnya. Dengan demikian, ada kemungkinan untuk memberikan penilaian terhadap berbagai cabang ilmu pengetahuan dengan jalan mengukur sejauh mana ilmu tadi dapat mengungkapkan kebenaran yang positif. Hierarki ilmu pengetahuan menurut tingkat pengurangan generalitas dan penambahan kompleksitasnya adalah :
1. Matematika
2. Astronomi
3. Fisika
4. Kimia
5. Biologi
6. Sosiologi

Hal yang menonjol dari sini adalah penilaiannya terhadap sosiologi yang merupakan ilmu pengetahuan paling kompleks dan akan berkembang dengan sangat pesat. Sosiologi merupakan studi positif tentang hukum-hukum dasar dari gejala sosial. Comte membedakan sosiologi menjadi :
  1. Sosiologi Statis; semacam anatomi sosial yang mempelajari tatanan sosial, aksi-aksi dan reaksi timbal balik dari sistem-sistem sosial
  2. Sosiologi Dinamis; mengkaji mengenai kemajuan dan perubahan sosial, dimana masyarakat menunjukkan adanya perkembangan menuju suatu kesempurnaan
Ia menyatakan bahwa hubungan antara statika dan dinamika merujuk pada konsep order bahwa semua gejala sosial saling berkaitan dan tidak dapat dimengerti secara terpisah, tetapi harus dilihat sebagai satu kesatuan yg saling berhubungan didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis bukan pada kekuasaan dan spekulasi


C. Masa Sesudah Auguste Comte

1. Herbert Spencer (1820 – 1930)

Walaupun Comte yang memunculkan istilah sosiologi, namun istilah tersebut dipopulerkan oleh Herbert Spencer dalam bukunya yang berjudul Priciples of Sociology pada tahun 1876. Didalam buku tersebut, spencer mengembangkan sistem penelitian mengenai masyarakat dimana ia menerapkan teori evolusi organic pada masyarakat secara luas bahwa masyarakat mengalami evolusi dari masyarakat primitif ke masyarakat industry. Ia berpendapat bahwa kemajuan organisme dari jenis rendah ke tinggi adalah jenis kemajuan dari keseragaman struktur. Ia juga mempertahankan pola sebab akibat dalam memandang suatu masalah, misalnya dalam kaitannya dengan perilaku masyarakat manusia maupun semua hal yang berasal dari alam.

2. Karl Marx (1818 – 1883)

Sumbangan utama Marx bagi sosiologi terletak pada teorinya mengenai kelas sosial yang tertuang dalam tulisannya yang berjudul The Communist Manifest yang ditulis bersama Friedrich Engels. Marx berpandangan bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas. Menurut Marx perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda, yaitu kelas borjuis (majikan) terdiri dari orang-orang yang menguasai alat produksi dan kelas proletar (buruh) yang tidak memiliki alat produksi dan modal sehingga menjadi kelas yang dieksploitasi oleh kelas borjuis (majikan).

Menurut Marx, suatu saat kelas proletar akan menyadari kepentingan bersama dengan melakukan pemberontakan dan menciptakan masyarakat tanpa kelas (komunis). Pemikiran tentang stratifikasi dan konflik sosial berpengaruh terhadap pemikiran perkembangan sosiologi khususnya terkait dengan kapitalisme, untuk menciptakan masyarakat yang adil, sama rata sama rasa, dan terhindar dari segala bentuk eksploitasi.

3. Emile Durkheim (1858 – 1917)

Sosiologi baru berkembang menjadi sebuah ilmu setelah Emile Durkheim mengembangkan metode sosiologi dalam bukunya Rules of Sociology Method, yaitu:
  1. Sosiologi harus bersifat ilmiah dimana fenomena-fenomena sosial harus dipelajari secara objektif dan menunjukkan sifat kausalitasnya
  2. Sosiologi harus memperlihatkan karakteristik sendiri yang berbeda
  3. Menjelaskan kenormalan patologi
  4. Menjelaskan masalah sosial secara “sosial” pula
  5. Menggunakan metode komparatif secara sistematis
Selain itu, dalam bukunya The Division of Labour Society, Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan solidaritas dengan membedakan dua tipe utama solidaritas yaitu :
  1. Solidaritas mekanis; biasanya ditemui pada masyarakat sederhana, didasarkan pada persamaan, hati nurani, akal, dan hukum
  2. Solidaritas organis; ditandai dengan adanya saling ketergantungan antar individu atau kelompok lain dan tidak lagi sendiri memenuhi kebutuhannya
Lambat laun pembagian kerja dalam masyarakat (diferensiasi atau spesialisasi) semakin berkembang sehingga solidaritas mekanis akan berubah menjadi solidaritas organis.

4. Max Weber (1864 – 1920)

Karya penting dari Weber berjudul The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism yang berisi hubungan antara Etika Protestan dalam hal ini Sekte Kalvinisme dengan munculnya perkembangan kapitalisme. Menurut Weber, ajaran Kalvinisme mengharuskan umatnya untuk bekerja keras dengan harapan dapat menuntun mereka ke surga dengan syarat bahwa keuntungan dari hasil kerja keras tidak boleh untuk berfoya-foya atau bentuk konsumsi lainnya. Hidup sederhana dan melarang segala bentuk kemewahan menjadikan para penganut agama ini semakin makmur karena keuntungan yang dihasilkan ditanamkan kembali menjadi modal. Dari sinilah menurut Weber kapitalisme di Eropa berkembang pesat.

Selain itu, Weber memandang bahwa hanya individu-individu sajalah yg riil secara obyektif, dan masyarakat adalah satu nama yg menunjukan pada sekumpulan individu yg menjalin hubungan. Pandangan beliau tentang tindakan sosial inilah yg kemudian menjadi acuan dikembangkannya teori sosiologi yg membahas interaksi sosial


D. Sejarah Perkembangan Sosiologi di Indonesia.

Belajar itu mudah- Kali ini di learniseasy.com akan menjelaskan tentang bagaimana sejarah perkembangan ilmu sosiologi di Indonesia. Sebelumnya dalam telah dijelaskan perkembangan ilmu sosiologi klasik , kali ini kita akan bahas sejarah perkembangannya di Indonesia. Sosiologi pada awalnya, Di Indonesia, belum pernah ada kajian kajian tentang masyarakat yang terangkum dalam satu konsep ilmu pengetahuan yang di namakan sosiologi. Akan tetapi, konsep sosiologi secara tidak langsung dituangkan dalam berbagai ajaran dan karya pujangga di pelosok Nusantara. Contohnya saja, ajaran “Wulang Reh” yang ditulis oleh Sri Paduka Mangkunegoro keempat dari Keraton Surakarta. Di dalam ajaran Wulang reh tersebut diajarkan tentang pola pola hubungan antara anggota anggota masyarakat Jawa dari berbagai kalangan dan kelas yang berbeda. Hal yang sama juga dapat anda temukan dalam ajaran Ki Hajar Dewantoro, sebagai peletak dasar dasar pendidikan Nasional di Indonesia, tentang dasar dasar kepemimpinan dan keluarga yang terangkum dalam konsep “Ing ngarsa sung tuladha, (Di depan memberikan contoh yang baik) ing madya mangun karsa, (Di tengah memberikan semangat), tut wuri handayani (dibelakang memberikan dorongan atau kekuatan)”. Secara tidak langsung merupakan peletak dasar konsep sosiologi di Indonesia.

Selain itu, unsur unsur sosiologis juga dapat anda temukan dalam karya karya peneliti sebelum masa kemerdekaan yang berasal dari negara lain seperti Snouck Hurgronje, C. van Valenhoven, Ter Har, Duyvendak, dan lainnya. Objek dari karya penelitian mereka adalah keadaan masyarakat di Indonesia (Walaupun pada masa itu belum ada Indonesia). Akan tetapi, deskripsi sosiokultural masyarakat Indonesia pada saat itu masih bersifat nonsosiologis dan bukan sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.bDengan demikian, dapat dikatakan bahwa deskripsi tentang keadaan sosiokultural masyarakat Indonesia tersebut sudah dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, tetapi konsep penelaan ilmiah tersebut belum dapat menjadi ilmu yang berdiri sendiri, melainkan hanya sebagai pembantu terhadap ilmu ilmu lainnya. Dengan demikian sosiologi pada saat itu hanya bersifat pelengkap atau komplementer.

Pada saat sebelum perang dunia kedua, hanya Sekolah tinggi hukum di Jakarta yang menjadi lembaga di Indonesia yang memberikan kuliah tentang ilmu sosiologi. Walaupun begitu, pembelajaran sosiologi dalam lembaga pendidikan tinggi tersebut belum merupakan ilmu yang berdiri sendiri melainkan hanya sebagai pelengkap mata kuliah di bidang hukum. Para pengajarnya juga bukan dari orang orang yang secara khusus membidangi di bidang disiplin ilmu tersebut sebab di Indonesia pada saat itu belum ada seorangpun sarjana yang khusus membidangi disiplin ilmu sosiologi. Sementara sosiologi yang diajarkan dalam kuliah tersebut juga masih berupa filsafat dan teori sosial. Bahkan pada tahun 1934-1935, mata kuliah sosiologi di lembaga pendidikan tinggi Hukum dihilangkan, hal ini disebabkan oleh adanya pendapat salah satu guru besar ilmu hukum bahwa pengetahuan tentang bentuk dan susunan masyarakat serta proses yang terjadi dalam masyarakat tidak dibutuhkan dalam mempelajari dan dalam pendidikan hukum.

Dalam pandangan guru besar di bidang hukum pada saat itu bahwa hukum positif tidak lebih hanyalah peraturan peraturan yang berlaku dengan sah pada suatu waktu dan suatu tempat tertentu, sehingga yang terpenting dalam pembelajaran di bidang hukum adalah perumusan peraturan dan sistem untuk menafsirnya. Barulah setelah terjadinya perang dunia kedua yaitu tepat setelah Proklamasi kemerdekaan di proklamirkan, Prof. Mr. Soenario Kolopaking yang memberikan kuliah sosiologi untuk pertama kalinya pada tahun 1948 di Akademi Ilmu Politik di Yokyakarta yang tidak lama kemudian dilebur dalam Universitas Negeri Gajah Mada Yokyakarta.

Di Universitas Gajah Mada lah, sosiologi di ajarkan di Indonesia sebagai ilmu pengetahuan dalam jurusan Ilmu pemerintahan dalam negeri, hubungan luar negeri, dan publisistik. Selanjutnya pada tahun 1950, beberapa anak bangsa memperdalam ilmu sosiologi di luar negeri dengan secara khusus kuliah tentang ilmu sosiologi. Salah satu tanda perkembangan sosiologi di Indonesia pada masa itu adalah dengan terbitnya buku sosiologi dengan judul “Sosiologi Indonesia” yang ditulis dalam bahasa Indonesia oleh Mr. Djody Gondokusumo yang berisikan tentang pengertian dasar sosiologi secara teoritis dan bersifat filsafat.

Kemudian perkembangan sosiologi di Indonesia berlanjut pada tahun 1950 dengan terbitnya buku kedua tentang sosiologi yang ditulis oleh Barsono. Lalu buku berjudul “Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia” oleh Hassan Shadily yang berisikan tentang kajian kajian sosiologi modern. Pada akhirnya, timbul kesadaran untuk menambah khasanah rakyat Indonesia akan ilmu sosiologi dengan menambahkan referensi referensi ilmu sosiologi dengan mengimpor buku dari luar negeri yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Berdasarkan keterangan perkembangan sosiologi di Indonesia diatas, dapat dikatakan bahwa sosiologi di Indonesia pada awalnya hanya sebagai pelengkap dan kemudian seiring perkembangan zaman dan kemerdekaan dan kebutuhan negara untuk mengetahui kondisi masyarakatnya maka sosiologi kemudian dijadikan ilmu pengetahuan. Yang hingga sekarang dapat kita lihat, sudah banyak jurusan Sosiologi di Universitas universitas di Indonesia dan di pelajaran SMA.

RPP Sosiologi Kelas X Semester Ganjil

Berikut RPP Sosiologi Kelas X Semester Ganjil kurikulum 2013 revisi

Silabus Sosiologi Kelas X semester Ganjil

berikut Silabus Sosiologi Kelas X Semester Ganjil kurikulum 2013 revisi